Rabu, 04 Mei 2016

My adventure ( sri getuk-gunungkidul )

My adventure ( sri getuk-gunungkidul )

hallo guys bila sebelumnya saya telah memposting adventure ke sikunir-dieng-wonosobo, maka sekrang saya akan memposting pengalaman yang tidak kalah seru, bila dieng trekenal dengan sunset dan pegunungannya maka sri getuk tempat wisata yang terkenal dengan air terjunnya yang terletak di antara ngarai Sungai Oya yang dikelilingi areal persawahan nan hijau, Air Terjun Sri Gethuk selalu mengalir tanpa mengenal musim. Gemuruhnya menjadi pemecah keheningan di bumi Gunungkidul yang terkenal kering.

oh iya guys sri getuk terletak di Desa Wisata Bleberan. Untuk mencapai tempat ini saya dan teman-teman harus naik kendaraan melewati areal hutan kayu putih milik PERHUTANI dengan kondisi jalan yang bervariasi mulai dari aspal bagus hingga jalan makadam. Memasuki Dusun Menggoran, tanaman kayu putih berganti dengan ladang jati yang rapat. Sesampainya di areal pemancingan yang juga berfungsi sebagai tempat parkir, terdapat dua pilihan jalan untuk mencapai air terjun. Pilihan pertama yakni menyusuri jalan setapak dengan pemandangan sawah nan hijau berhiaskan nyiur kelapa, sedangkan pilihan kedua adalah naik melawan arus Sungai Oya. Tentu saja YogYES memilih untuk naik rakit sederhana yang terbuat dari drum bekas dan papan.

Perjalanan menuju Air Terjun Sri Gethuk pun dimulai saat mentari belum naik tinggi. Pagi itu saya dan teman-teman mendapati sungai Oya terlihat begitu hijau dan tenang, menyatu dengan keheningan tebing-tebing karst yang berdiri dengan gagah di kanan kiri sungai. Suara rakit yang melaju melawan arus sungai menyibak keheningan pagi. Sembari mengatur laju rakit, seorang pemandu menceritakan asal muasal nama Air Terjun Sri Gethuk. Berdasarkan cerita yang dipercayai masyarakat, air terjun tersebut merupakan tempat penyimpanan kethuk yang merupakan salah satu instrumen gamelan milik Jin Anggo Meduro. Oleh karena itu disebut dengan nama Air Terjun Sri Gethuk. Konon, pada saat-saat tertentu masyarakat Dukuh Menggoran masih sering mendengar suara gamelan mengalun dari arah air terjun.

den ketika saya dan teman-teman tiba di air terjun tersebut, tampa menunggu lama lagi kami langsung menyeburkan diri dibawah air jatuh dan dilanjutkan melompat dari atas tebing....
its amazing bro.......oh iya tentunya kami harus mengambil gambar sebanyak banyaknya.....






oleh : muh zul hazmi r
KammbKa Jogja



My Adventure ( Sikunir-Dieng-Wonosobo)

My Adventure ( Dieng-Wonosobo)

okey guys
di sini saya akan membagikan pengalaman saya dan teman-teman ketika mengunjungi sikunir-dieng, yang mana disana kita dapat menyaksikan sunrise dan indahnya pemandangan pegunungan.
perjalanan yang saya lakukan dengan teman-teman yaitu pada saat liburan semester ganjil, dan kami memulai dari kota yogyakarta menggunakan roda dua, sebelum melakukan perjalanan tentunya kami telah melakukan berbagai persiapan mulai persiapan pribadi, kendaraan, perbekalan, dll, dikarenakan perjalanan menuju sikunir bisa sampai 5-6 jam.

akan tetapi dalam perjalan sayangnya kami berkali-kali dihadang oleh hujan dan kami tidak mempersiapkan mantel sehingga kami tiba di alun-alun kota wonosobo pada sore hari menjelang mahgrib dan langsung merasakan dingin yg tidak seperti biasanya dan mengharuskan kami mengunakan pakaian berlapis-lapis......
alun-alun wonosobo
sebelum melanjutkan perjalanan kami harus mencari teman yang menguasai rute perjalanan menuju dieng, maklumlah kami kan bukan asli yogyakarta hehehehehe, untungnya kami memiliki kenalan yang berasal dari wonosobo. dan kami pun melanjutkan perjalanan pada malam harinya, perjalanan kali ini tidak bisa dikatakan mudah dikarenakan rute perjalanan yang ekstrim, berkabut, menanjak, sempit, dan kami kami kembali dihadang hujan.
akan tetapi kami tetap harus melanjutkan perjalanan kami, dan akhirnya tibalah kami di sikuning pada jam 11 malam. lagi-lagi penderitaan kami belum berakhir, karena ternyata dari seluruh rombongan kami tidak tau manahu mendirikan tenda hehehhe, untuk mendirikan tenda saja kami membutuhkan 2 jam 30 menit, dan setelah tenda berdiriu sebagian langsung tertidur dan sebagiannya tidak.

setelah subuh kami langsung mendaki menuju puncak sikunir, dan setibanya kami diatas, rasa lelah yang ditambah dinginnya cuaca menjadi lenyap, hal tersebut dikarenakan indahnya alam serta pemandangan pegunungan dan tentunya sunset yang kami tunggu-tunggu pun tiba, kami pun langsung mengambil gambar sebanyak banyaknyaaaaaa



oh iya guys ketika kamu ke sini jangan lupa untuk mangunjungi juga tempai yang lainnya, seperti telaga warna, permandian air panas alami, kawah, dan lain lain.
semoga bermanfaat guys.......




oleh : muh zul hazmi r
KammbaKa Jogja

Minggu, 01 Mei 2016

Sejarah masuknya islam di andalusia(spanyol) dan masa kejayaannya

Sejarah Masuknya Islam di Andalusia

Dalam sejarah Ilmu Pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol (di ujung selatan Benua Eropa) lebih banyak dikenal  dengan nama Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah semenanjung Iberia. Julukan Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian selatan semenanjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh bangsa Gothia Barat pada abad V.
Semenjak Thariq bin Ziyad, bawahan Musa bin Nushair gubernur Qairuwan, mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Rhoderiq raja bangsa Gothia tahun 92 H / 711 M dalam Pertempuran Guadalete, Andalusia masuk ke dalam kekuasaan Dinasti Bani Umayyah. Kemenangan ini menjadi awal bagi Thariq untuk menaklukan kota-kota lain di semenanjung Iberia (Andalusia) yang merupakan kerajaan Hispania yang dikuasai oleh orang Kristen Visigoth, tanpa banyak kesulitan. Kekuasaan Islam terus berkembang hingga pada tahun 719 M. Hanya daerah Galicia, Basque dan Asturias yang tidak tunduk kepada kekuasaan Islam. Setelah itu, pasukan Islam menyeberangi Pirenia untuk menaklukkan Perancis, namun berhasil dihentikan oleh kaum Frank dalam pertempuran Tours (732 M). Daerah yang dikuasai Muslim Umayyah ini disebut provinsi Al-Andalus, terdiri dari Spanyol, Portugal dan Perancis bagian selatan.

2.2 Masa Kejayaan

a. Masa Kekhalifahan
Andalusia - Spanyol diduduki umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid Rahimahullah (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, dimana Ummat Islam sebelumnya telah mengusasi Afrika Utara. Dalam proses penaklukan Spanyol ini terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa yaitu Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair Rahimahullahum ajma’in.
Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan perang, lima ratus orang diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.
Dalam penyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah.
Thariq ibn Ziyad Rahimahullah lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair Rahimahullah dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid Rahimahullah. Pasukan itu kemudian menyeberangi Selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad Rahimahullah. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di suatu tempat yang bernama Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ Thariq Rahimahullah dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada dan Toledo (ibu kota kerajaan Gothik saat itu). Sebelum Thariq Rahimahullah berhasil menaklukkan kota Toledo, ia meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair Rahimahullah di Afrika Utara. Musa mengirimkan tambahan pasukan sebanyak 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan Gothik yang jauh lebih besar, 100.000 orang.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad Rahimahullah membuat jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu, Musa ibn Nushair Rahimahullah merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukkan Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida serta mengalahkan penguasa kerajaan Gothic, Theodomir di Orihuela, ia bergabung dengan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abd al-Aziz Rahimahullah tahun 99 H/717 M. Kali ini sasaran ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Perancis Selatan. Pimpinan pasukan dipercayakan kepada Al-Samah Rahimahullah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada Abdurrahman ibn Abdullah al-Ghafiqi Rahimahullah. Dengan pasukannya, ia menyerang kota Bordreu, Poiter, dan dari sini ia mencoba menyerang kota Tours. Akan tetapi, diantara kota Poiter dan Tours itu ia ditahan oleh Charles Martel, sehingga penyerangan ke Perancis gagal dan tentara yang dipimpinnya mundur kembali ke Spanyol.
Sesudah itu, masih juga terdapat penyerangan-penyerangan, seperti ke Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M, dan pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsia, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ke tangan Islam di zaman Bani Umayah. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum Muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh menjangkau Perancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia. Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. Yang tidak bersedia disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam. Berkenaan dengan itu Amer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat) menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa akibat pada penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M. Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol masih berada di bawah pemerintahan Romawi (Byzantine), berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian juga pertambangan, industri dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth terakhir yang dikalahkan Islam. Awal kehancuran kerajaan Ghoth adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo, diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak dan anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin.
Sementara itu terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat Islam untuk menguasai Spanyol, Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa Rahimahumullah.
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, orang Yahudi yang selama ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokon-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.

b. Perkembangan Politik
Pada awalnya, Al-Andalus dikuasai oleh seorang wali Yusuf Al-Fihri (gubernur) yang ditunjuk oleh Khalifah di Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada tahun 740an M, terjadi perang saudara yang menyebabkan melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada tahun 746 M, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus.
Pada tahun 750 M, bani Abbasiyah menjatuhkan pemerintahan Umayyah di Damaskus, dan merebut kekuasaan atas daerah-daerah Arabia. Namun pada tahun 756 M, Abdurrahman I (Ad-Dakhil) melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa Kordoba dengan gelar Amir Kordoba. Abdurrahman menolak untuk tunduk kepada kekhalifahan Abbasiyah yang baru terbentuk, karena pasukan Abbasiyah telah membunuh sebagian besar keluarganya.
Ia memerintah selama 30 tahun, namun memiliki kekuasaan yang lemah di Al-Andalus dan ia berusaha menekan perlawanan dari pendukung Al-Fihri maupun khalifah Abbasiyah.
Selama satu setengah abad berikutnya, keturunannya menggantikannya sebagai Amir Kordoba, yang memiliki kekuasaan tertulis atas seluruh Al-Andalus bahkan kadang-kadang meliputi Afrika Utara bagian barat. Pada kenyataannya, kekuasaan Amir Kordoba, terutama di daerah yang berbatasan dengan kaum Kristen, sering mengalami naik-turun politik, itu tergantung kecakapan dari sang Amir yang sedang berkuasa. Amir Abdullah bin Muhammad bahkan hanya memiliki kekuasaan atas Kordoba saja.
Cucu Abdullah, Abdurrahman III, menggantikannya pada tahun 912 M, dan dengan cepat mengembalikan kekuasaan Umayyah atas Al-Andalus dan bahkan Afrika Utara bagian barat. Pada tahun 929 M ia mengangkat dirinya sebagai Khalifah, sehingga keamiran ini sekarang memiliki kedudukan setara dengan kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan kekhalifahan Syi'ah di Tunis.

c.    Perkembangan Peradaban
Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, terutama dalam hal kemajuan intelektual.
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian membawa dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks. 

Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari :
- Komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan)
- Al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam)
- Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara)
- Al-Shaqalibah (tentara bayaran yang dijual Jerman kepada penguasa Islam)
- Yahudi
- Kristen Muzareb yang berbudaya Arab
- Kristen yang masih menentang kehadiran Islam
Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Andalusia - Spanyol.

1. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun 1126 M dan meninggal tahun 1198 M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayah al- Mujtahid. 

2. Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains. 
Ilmu sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yangpernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan bukunya Mukaddimah.

3. Bidang Agama dan Hukum Islam
Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa’id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.

4. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas. 

5. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.

6. Bidang Pembangunan Fisik.
Pemerintahan Islam di Andalusia juga mengembangkan dan membangun beberapa lembaga berikut sarana dan prasarananya, misalnya membangun tropong bintang di Cordova, membangun pasar dan jembatan, melakukan upaya pengendalian banjir dan penyimpanan air hujan, membangun sistem irigasi hidrolik dengan menggunakan roda air (water wheel), memperkenalkan tanaman padi dan jeruk, dan mendirikan pabrik-pabrik tekstil, kulit, logam, dan lainnya.

Minggu, 24 April 2016

AGAMA DAN PEMBINAAN AKHLAK

Akhlak menempati posisi yang sangat sentral dalam ajaran Islam. Akhlak harus senantiasa hadir dan menghiasi segenap aktivitas kehidupan muslim baik dalam hal akidah, ibadah, maupun muamalah. Saking urgennya akhlak, Nabi Muhammad saw bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR. Muslim).
Ibarat pohon, akhlak adalah buah dari proses menerapkan akidah dan syariah/ibadah yang benar. Akhlak merupakan manifestasi iman, Islam, dan ihsan sebagai refleksi sifat dan jiwa yang secara spontan dan terpola pada diri seseorang sehingga melahirkan perilaku yang konsisten dan tidak tergantung pada pertimbangan berdasarkan keinginan tertentu. Makin kuat dan mantap keimanan seseorang, makin taat beribadah, maka makin baik pula akhlaknya.
Jadi akidah, ibadah, dan akhlak merupakan satu rangkaian. Seseorang yang mengamalkan akidah dan syariah dengan baik dan benar, niscaya akan terpancar darinya akhlak yang mulia. Sebaliknya, jika ada orang yang mengaku muslim yang taat, rajin beribadah, namun berperangai jelek, berbuat zalim pada dirinya atau orang lain, dapat dipastikan ada yang salah dalam pengamalan akidah dan syariahnya.
Akhlak adalah ukuran kualitas pribadi seorang muslim. Nilai keimanan sesungguhnya terletak pada akhlaknya. Rasulullah bersabda:“Sesungguhnya yang paling unggul di antara kamu adalah orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Bukhari).
Namun ironisnya, di negeri yang mayoritas muslim ini, yang dalam setiap ritual ibadahnya selalu semarak, justru masyarakatnya mengalami krisis akhlak. Hampir semua sektor kehidupan umat mengalami krisis akhlak yang kemudian melahirkan berbagai macam kebejatan dan kezaliman. Pangkal krisis itu adalah orientasi hidup materialistik dan gaya hidup hedonistik yang bersumber dari ketidakmampuan manusia mengontrol hawa nafsunya.
Fenomena orang-orang beragama yang terbuai dalam pola hidup materialis-hedonis menunjukkan ada yang salah dalam praktik keberagamaannya. Kesalahan itu terletak pada ritualisasi dan formalisasi agama sebatas aktivitas fisik, sekadar memenuhi syarat dan rukun. Peribadatan dan penghambaan pada Tuhan hanya diukur sah-tidaknya berdasar kesesuaian lahiriah dengan teks wahyu, sementara hatinya tidak khusyuk, niatnya tidak tulus karena Allah.
Agama Islam hakikatnya ingin memperbaiki dimensi batin manusia agar ia mampu mengendalikan hawa nafsunya. Karena itu berislam dimulai dari “iman” yang kokoh dalam hati. Syahadat adalah ikrar seorang mukmin untuk menempatkan Allah di atas segala-segalanya dan menjadikan Muhammad sebagai tolok ukur kehidupannya.
Tujuan hidup muslim adalah beribadah pada Allah swt sepanjang hayatnya sebagaimana ditegaskan dalam QS. adz-Dzariyat (51): 56. Secara formal, Islam telah menetapkan peribadatan itu dalam bentuk lima rukun yaitu, syahadat, salat, zakat, puasa, dan haji. Namun di luar ibadah yang formal, dalam keadaan dan situasi apa pun seorang muslim semestinya juga tetap dalam peribadatan pada Allah.
Peribadatan itu tetap terjalin jika ia mampu menjaga hatinya untuk selalu ingat (zikr) pada Allah, menjaga kesadarannya bahwa ia senantiasa dalam pengawasan Allah, dan menjaga perilakunya agar senantiasa mengikuti sunah Rasulullah. Muslim semacam inilah yang dalam kehidupannya mampu mengendalikan hawa nafsu sehingga tidak tergoda oleh gemerlap materi duniawi dan gaya hidup hedon. Muslim seperti inilah yang memancarkan akhlak mulia dalam pribadi dan tindak tanduknya.
Ibadah puasa adalah salah satu instrumen agama untuk membina akhlak. Namun hal ini akan tercapai jika puasa bukan sekadar ritual menahan lapar dan dahaga. Puasa hakikatnya adalah latihan pengendalian diri untuk mengontrol hawa nafsu. Muslim yang puasanya benar ia memancarkan akhlak sidik, amanah, sabar, dan tawaduk.
Prof. Drs. H. Akh. Minhaji, M.A., Ph.D
Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

PENGERTIAN FIIL MENURUT KEPERLUANNYA, MAFUL BIH, & ZARAF

BAB I
PENDAHULUAN
A.           LATAR BELAKANG

Fi’il lazim adalah fi’il yang hanya memiliki fa’il atau pelaku, tetapi tidak memiliki maf’ul bih atau objek. Dalam tata bahasa Indonesia Fi'il Lazim sama dengan Kata Kerja Intransitif, yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan obyek.
Sedangkan fi’il muta’addi adalah fi’il yang tidak hanya cukup memiliki fa’il atau pelaku, tetapi harus dilengkapi dengan maf’ul bih atau objek. Dalam tata bahasa indonesia fi’il muta’addi sama dengan kata kerja transiti yaitu kata kerja yang membutuhkan objek.

Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang terletak pada fi’il dan fa’il, dan hukum I’rabnya adalah Nashob. Dan Maf’ul bih adalah isim yang menunjukkan kepada objek /penderita.

Zharaf zaman ialah, isim zaman (waktu) yang di-nashab-kan dengan memperkirakan makna fî (pada/dalam), seperti lafazh: pada hari ini, pada malam ini, pagi hari, waktu pagi, pada waktu sahur, besok, waktu sore atau waktu Isya, pada waktu subuh, pada waktu sore, selamanya, (ketika), dan lafazh yang menyerupainya.
Zharaf makân ialah, isim makân (tempat) yang di-nashab-kan dengan memperkirakan makna fî(pada/dalam), seperti lafazh: di depan, di belakang, di depan, di belakang, di atas, di bawah, di dekat atau di sisi, beserta, di muka atau di depan, di dekat, di hadapan, di sini, di sana, dan lafazh yang menyerupainya

B.            RUMUSAN MASALAH
Apa pengertian dari fiil menurut keperluannya                      ?
Apa pengertian dari maful bih                                                ?
Apa konsep dari zaraf                                                             ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.           FIIL MENURUT KEPERLUANNYA
Fiil menurut keperluannya terbagi atas dua fiil yaitu Fiil Lazim dan Fiil Mutaaddi, berikut penjelasan masing-masing fiil :

1.             FIIL LAZIM
fi’il lazim adalah fi’il yang hanya memiliki fa’il atau pelaku, tetapi tidak memiliki maf’ul bih atau objek. Dalam tata bahasa Indonesia Fi'il Lazim sama dengan Kata Kerja Intransitif, yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan obyek.

Contoh :قَامَ  (qooma)=berdiriحَضَرَ   (hadoro)=hadirجَلَسَ    (jalasa)=duduk
Contoh dalam kalimat :جَاءَ مُحَّمَدٌ = Muhammad datang
Kalimat di atas tidak membutuhkan objek, dan ini sama halnya dengan bahasa Indonesia dengan kata intransitip, seperti kata berdiri, datang atau duduk memang tidak membutuhkan objek.

Berikut beberapa contoh fi’il lazim
No.      Fi’il Lazim                   Arti                              Contoh                        Arti                                         
1          رجع-يرجع                      Kembali                       هو يرجع             Dia Kembali
2          جلس-يجلس                     Duduk                         انت تجلس           Kamu Duduk
3          نام-ينام                           Tidur                           احمد ينام             Ahmad Tidur
4          نزل-ينزل                        Turun                           انا انزل               Saya Turun

2.             FIIL MUTAADDI
Fiil mutaaddi adalah fiil yang tidak hanya cukup memiliki fail atau pelaku, tetapi harus dilengkapi dengan maful bih atau objek. Dalam tata bahasa indonesia fiil mutaaddi sama dengan kata kerja transiti yaitu kata kerja yang membutuhkan objek. Dan Hukum Fiil Mutaaddi adalah menashobkan terhadap maful bih.



Berikut beberapa contoh fiil mutaaddi :
No. Fiil Lazim         Arti                  Contoh                        Arti
1   تعلم-يتعلم                    Belajar             أناأتعلم اللغه          Saya belajar bahasa
2   اكل-يأكل                    Makan             أناأكل الرز           Saya makan nasi
3   شرب-يشرب                Minum             أنا أشرب البن        Saya minum susu
4   ضرب-يضرب             Memukul         أنا أضرب لكلب     Saya memukul anjing
5   قرأ-يقرأ                      Membaca         أنا أقرأ الكتب         Saya membaca buku

Pembagian fiil mutaaddi
·           fiil muaddi dengan satu maful
Menashabkan satu mafulbih dan fiil ini banyak seperti: كتب الدرس (dia telah menulis pelajaran), dan فهم المسألة (dia telah mengerti masalah itu).
·           fiil mutaaddi dengan dua maful
Menashabkan dua mafulbih yang kedua-duanya bukan berasal dari mubtada dan khobar, seperti: أعطى, سأل, كسا, منحdan البس contoh dalam jumlah أعطيت المتعلّم كتابا (aku telah memberi murid itu ssebuah buku) dan منحت المجتهد جائزة (aku telah memberi yang rajin, suatu hadiah)


B.            PENGERTIAN MAF’ULBIH
a.             Definisi
Dalam bahasa indonesia Maf’ul bih sama dengan penderita. Karena dia dikenai suatu pekerjaan. Atau dengan kata lain  berfungsi sebagai obyek. Sedangkan pengertian istilahnya, Maf’ul bih adalah isim yang dibaca nashab dan menunjukan kepada sesuatu yang dikenai pekerjaan. Syaratnya adanya fi’il dan fa’il atau kesempurnaan kalimat. Dengan kata lain maf’ul bih hanya dibutuhkan oleh jenis fi’il muta’adi, sedangkan fi’il lazim tidak.
Contoh   :
1.                   كَتَبَ الْوَلَدُ الدَّرْسَ  :     Anak itu telah menulis pelajaran
2.                   ضَرَبَ الأُسْتَاذُ وَلَدًا :   Ustadz itu telah memukul seorang anak
3.                   شَرِبَتْ مَرِيَمُ اللَّبَنَ  :     Maryam telah meminum air susu


Maf’ul Bih adalah objek penderita, yang dikenai suatu perbuatan. Jika fi’ilnya “memukul” berarti maf’ul bih-nya “yang dipukul”. Jika fi’ilnya “menolong” maka maf’ul bih-nya “yang ditolong”.
Dalam contoh di atas :
1.                   كَتَبَ = fi’il,        الْوَلَدُ = fa’il,       الدَّرْسَ = maf’ul bih
2.                   ضَرَبَ = fi’il,      الأُسْتَاذُ = fa’il,    وَلَدًا = maf’ul bih
3.                   شَرِبَتْ = fi’il,      مَرِيَمُ = fa’il,      اللَّبَنَ = maf’ul bih
Setiap Maf’ul bih harus senantiasa Manshub.

b.             Pembagian Maf’ ul bih
Maf’ul bih terbagi kepada dua bagian, yaitu :
1.      ظاهر           : yaitu Maf’ul bih yang terdiri dari isim zhahir (bukan kata ganti).
Contoh :    ضربَ عليٌ كلباً    : Ali memukul anjing
                                             يقرأُ محمَّدُ قرآناً     : Muhammad sedang membaca Quran

2.      ضميرٌ          : yaitu Maf’ul bih yang terdiri dari isim dhamir (kata ganti).

Maf’ul bih dhamir terbagi menjadi dua, yaitu :
1.      Dhamir Muttashil (bersambung)
Maf’ul bih dhamir muttashil ada dua belas,yaitu :
ضربني, وضربنا, وضربكَ, وضربكِ, وضربكمَا, وضربكُمْ, وضربكنَّ, وضربَهُ, وضربهَا, وضربهمَا, وضربهُمْ, وضربهنَّ .
2.      Dhamir Munfashil (terpisah)
Maf’ul bih dhamir Munfashil ada dua belas, yaitu :
ايّايَ, وايَّانَا, وايَّاكَ, وايَّاكِ, وايَّاكمَا, وايَّاكُمْ, وايَّاكُنَّ, وايَّاهُ, وايَّاها, وايَّاهما, وايَّاهُمْ, وايَّاهُنَّ .

c.              Pembagian المفعول به berdasarkan tanda nasahabnya
1.        Tanda Nashob Fathah
a. Isim Mufrad
يُذَاكِرُ مُحَمَّدُ اَلدَّرْسَ                        
( Muhammad sedang mengulangi pelajaran )

تَقْرَأُ الطَّالِبَاتُ الْجَرِيْدَةَ
( Para mahasiswi sedang membaca koran )
ضَرَبَ عَلِيٌّ كَلْبًا
( Ali telah memukul anjing )
يَقْرَأُ مُحَمَّدٌ قُرْآنًا
( Muhammad sedang membaca al-Qur’an )
يَفْتَحُ أَحْمَدُ الْبَابَ
( Ahmad sedang membuka pintu )

b. Jama’ Taksir
ضَرَبَ الْأُسْتَاذُ الْأَوْلَادَ
( Ustads telah memukul para anak )
تَحْمِلُ فَاطِمَةُ الْأَقْلَامَ
( Fatimah sedang membawa polpen-polpen )
يَفْتَحُ أَحْمَدُ الْأَبْوَابَ
( Ahmad sedang membuka pintu )

2. Tanda Nashob Kasrah
a. Jama’ Muannats Salim
تَشْتَرِيْ الطَّالِبَاتُ الْمجَلَّاتِ
( Para mahasiswi sedang membeli majalah )
يَجْمَعُ الطُّلَّابُ الْكُرَّاسَاتِ
( Para mahasiswa sedang mengumpulkan buku catatan )
يَغْسِلُ أَحْمَدُ السَّيَّارَاتِ
( Ahmad sedang mencuci banyak mobil )



3. Tanda Nashob Ya’
a. Mutsanna
يَحْمِلُ التِّلْمِيْذُ الْكِتَبَيْنِ
( Siswa sedang membawa dua buku)
تَقْرَأُ الْمُدَرِّسَةُ الْمَقَالَتَيْنِ
( Guru itu sedang membaca dua makalah )
يَقْبِضُ الْبُوْلِيْسُ الْمُجْرِمَيْنَ
(Polisi sedang menangkap dua penjahat )
يَنْتَظِيْرُ الطُّلَّابُ الْحَاضِرَيْنَ
( Para siswa itu sedang menunggu dua hadirin )

b. Jama’ Mudsakkar salim
يَقْبِضُ الْبُوْلِيْسُ الْمُجْرِمِيْنَ
(Polisi sedang menangkap para penjahat )
يَنْتَظِيْرُ الطُّلَّابُ الْحَاضِرِيْنَ
( Para siswa itu sedang menunggu para hadirin )
يُكَلِّمُ الْمُدِيْرُ الْمُوَظَّفِيْنَ
( Direktur itu sedang berbicara dengan para pegawai )

C.           PENGERTIAN ZARAF
a.        Pengertian
Zharaf ialah isim waktu atau isim tempat yang di-nashab-kan. Menurut kalangan orang Arab, semua(dari isim waktu atau tempat itu) dengan memperkirakan makna fî. Dan di-nashab-kan oleh fi'il-nya yang diberlakukan, seperti dalam contoh: (aku telah berjalan pada malam hari), dan  (aku telah ber-i'tikaf satu bulan).
Lafazh  di-nashab-kan oleh dan lafazh  di-nashab-kan oleh  .

b.        Pengertian Zaraf Makan
Zharaf makân ialah, isim makân (tempat) yang di-nashab-kan dengan memperkirakan makna fî(pada/dalam), seperti lafazh: (di depan), (di belakang),  (di depan),  (di belakang), (di atas), (di bawah), (di dekat atau di sisi), (beserta), (di muka atau di depan), (di dekat), (di hadapan), (di sini), (di sana), dan lafazh yang menyerupainya.
Contoh zharaf makân adalah sebagai berikut:
 = aku telah duduk di depan ustadzku.
 = aku telah berjalan di belakang ustadzku.

c.         Pengertian Zaraf Zaman
Zharaf zaman ialah, isim zaman (waktu) yang di-nashab-kan dengan memperkirakan makna fî(pada/dalam), seperti lafazh:(pada hari ini), (pada malam ini), (pagi hari), (waktu pagi), (pada waktu sahur), (besok), (waktu sore atau waktu Isya),  (pada waktu subuh),  (pada waktu sore), (selamanya), (ketika), dan lafazh yang menyerupainya.

Contoh zharaf zaman adalah sebagai berikut:
 = aku telah berpuasa pada hari Senin.
 = aku telah ber-i'tikaf pada hari Jum'at.
 = aku akan berkunjung kepadamu besok pagi.
 = aku telah berjalan pagi-pagi.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Fi’il lazim adalah fi’il yang hanya memiliki fa’il atau pelaku, tetapi tidak memiliki maf’ul bih atau objek. Dalam tata bahasa Indonesia Fi'il Lazim sama dengan Kata Kerja Intransitif, yaitu kata kerja yang tidak membutuhkan obyek.
Sedangkan fi’il muta’addi adalah fi’il yang tidak hanya cukup memiliki fa’il atau pelaku, tetapi harus dilengkapi dengan maf’ul bih atau objek. Dalam tata bahasa indonesia fi’il muta’addi sama dengan kata kerja transiti yaitu kata kerja yang membutuhkan objek.

Maf’ul Bih adalah Isim manshub yang terletak pada fi’il dan fa’il, dan hukum I’rabnya adalah Nashob. Dan Maf’ul bih adalah isim yang menunjukkan kepada objek /penderita.

Zharaf zaman ialah, isim zaman (waktu) yang di-nashab-kan dengan memperkirakan makna fî (pada/dalam), seperti lafazh: pada hari ini, pada malam ini, pagi hari, waktu pagi, pada waktu sahur, besok, waktu sore atau waktu Isya, pada waktu subuh, pada waktu sore, selamanya, (ketika), dan lafazh yang menyerupainya.
Zharaf makân ialah, isim makân (tempat) yang di-nashab-kan dengan memperkirakan makna fî(pada/dalam), seperti lafazh: di depan, di belakang, di depan, di belakang, di atas, di bawah, di dekat atau di sisi, beserta, di muka atau di depan, di dekat, di hadapan, di sini, di sana, dan lafazh yang menyerupainya



DAFTAR PUSTAKA
Fahmi, Ahmad Akrom.Ilmu Nahwu dan Sharaf 3. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Juwariyah.Bahasa Arab Untuk Perguruan Tinggi.Sleman : Teras, 2009.
Zakaria Aceng, 2004, “ILMU NAHWU PRAKTIS SISTEM BELAJAR 40 JAM”.Garut : ibn azka.
Ni’mah, Fuad. Mulakhos Qowa’idil Lughotil ‘Arobiyyah.Bairut: Darul Al-Tsiqofah Al-Islamiyyah.
Hasyimi, Sayyid Ahmad,Qowa’idul Asasiyyah Lillughotil ‘Arobiyyah. Bairut : Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah.